Langsung ke konten utama

Postingan

Hari Ini, Hari Chairil Anwar: Mengenang Sang Pujangga Nakal

Bolehlah saya mengatakan kalau Chairil Anwar adalah penyair paling mencolok, paling mahsyur di Indonesia. Gaung namanya tak lekang oleh waktu. Tak perduli kamu suka sastra atau tidak, nama Chairil Anwar pasti pernah mendarat di telingamu. Salah satu puisinya pernah kamu baca, meski sebatas di buku pelajaran SMP/SMA. Iya 'kan? Baca Selengkapnya >>
Postingan terbaru

Senggama Sastra dan Lagu Lama

Pagi menjelang siang tapi belum waktunya untuk menjemput si kecil pulang. Pada rongga waktu itu saya isi dengan membaca buku. Setelah terhempas gelombang kehidupan, saya sering kali merasa kosong. Lalu saya menceburkan diri ke dunia baca, terutama karya sastra Indonesia. Ada yang mudah dimaknai, adapula yang kalimatnya perlu dibaca berulang kali. Lalu saya duduk di kursi dan membuka buku. Tiba-tiba saya ingin menambahkan suasana. Saya memilah-milih kumpulan lagu dalam iPod. Bosan, hingga teringat ada kebiasaan lama yang ingin saya lakukan. Ya, mendengarkan radio. Saya nyalakan radio dan mengarahkan transistornya ke saluran 91.7 FM, namanya INB Radio Bandung. Dulu tak sengaja menemukan saluran tersebut, menjadikannya station favorit. Ternyata.... Baca Selengkapnya >>

Soal Film "Kejarlah Daku Kau Kutangkap"

"Kau pernah dengar, permainan perempuan yang namanya Kejar Daku, Kejar Daku, Kau Kutangkap? Dalam permainan itu seorang laki-laki merasa dirinya mengejar seorang perempuan, tetapi anehnya yang tertangkap justru dirinya sendiri." Kira-kira begitu ucap Markum pada kepnakannya, Ramadan, yang tengah dimabuk asmara dan baru saja melamar Mona, wanita yang belum lama dikenalnya. Penggalan dialog tersebut diambil dari film komedi-romantis "Kejarlah Daku Kau Kutangkap" yang rilis tahun 1985. Chaerul Umam bertindak sebagai sutradara. Sedangkan ide cerita dan penulis skenarionya adalah Asrul Sani. Seorang sastrawan angkatan '45 yang melambung namanya setelah buku kumpulan puisi "Tiga Menguak Takdir" yang ditulisnya bersama Chairil Anwar dan Rivai Apin. Tak heran dialog-dialog film ini cukup menyentil. Baca selengkapnya >>

Ke Mana Mas Agus?

oleh: Senjana Jingga Angin mengguncang tenda, tiada lebih gempar dari teriakan tengah malam di luar, waktu hujan menampar-nampar Dari balik kabut likat Seruan juga tanya tak terjawab Aku menggigil, Mas Agus mereka panggil-panggil tapi yang terdengar hanya sapuan angin pada kerikil (Maret, 2016)

Senjana Jingga

Aku menamaimu Senjana Jingga. Tahu kenapa? Karena kecintaanku pada senja, ternyata hinggap padamu juga. Tapi seperti senja, kamu hanya berani berdiri di kejauhan saja. Aku tidak bisa mengantongimu, Senja ... atau kulipat dalam amplop. Tidak seperti yang dibilang Seno Gumira Ajidarma.  Sudah, tak apa ... Namun tentu kamu tahu, bahwa aku adalah penanti senja paling setia.  (Aisya, Sudut Sepi, 14-11-2015)

Nostalgia Itu Pemberontakan

Siapa yang tak tahu nostalgia? Ah, mayoritas manusia pasti tahu nostalgia. Umumnya dari mereka, pun pernah bernostalgia; ditemkani secangkir teh di sore hari misalnya. Memori berputar balik, mengawang-awang ke masa lalu sembari dihujani cahaya senja yang memberi efek sephia. Nostalgia adalah pemberontakan saya, terhadap laju zaman yang tak lagi memberi romantisme dalam berkehidupan. Lanjut baca di: Senjanaavonturir

Judulnya Lari ...

Alam bukan sahabat asing bagi lima perempuan itu. Hobi mereka memang menapaki punggung-punggung gunung, Mereka tahu pasti bahwa kesiapan fisik mutlak diperlukan saat ingin bercengkrama bersama alam. Tapi teori tinggallah teori. Judulnya Manglayang Trail Running yang didukung beberapa sponsor. Sebelum acara maraton dimulai, satu perempuan dengan badan jangkung dan paling proposional sibuk mencari double tip. Ternyata sol sepatunya menganga. Apa ini pertanda? Apa tak usah bermaraton saja? Baca Selengkapnya >>